ERASUMBU, BANDUNG – Kekerasan terhadap jurnalis terjadi. Seorang wartawan Kompas.com, Faqih, menjadi korban pemukulan dan pengejaran saat meliput aksi unjuk rasa menolak pengesahan Undang-Undang TNI di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (21/3).
Peristiwa bermula ketika Faqih merekam suasana aksi di antara massa yang duduk di lokasi demonstrasi. Tiba-tiba, beberapa orang meneriakinya sebagai intel.
Menyadari situasi yang memburuk, Faqih segera mengeluarkan kartu identitas persnya untuk menegaskan bahwa ia adalah wartawan yang tengah bertugas. Beberapa peserta aksi sempat berupaya menenangkannya dan meyakinkan massa bahwa ia berasal dari media. Namun, suasana semakin panas. Sejumlah orang yang diduga frustrasi atau kelelahan tetap melampiaskan amarahnya dengan tindakan kekerasan.
“Saya sempat dipukuli, kepala kena dua kali, pantat ditendang dua atau tiga kali, sempat ditarik-tarik juga,” ungkap Faqih.
Meski demikian, ia mengapresiasi beberapa peserta aksi yang berusaha melindunginya dari amukan massa. “Sempat ada yang mengamankan, jadi saya berterima kasih,” tambahnya.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari kepolisian maupun penyelenggara aksi terkait insiden ini. Kasus ini kembali menyoroti pentingnya perlindungan bagi jurnalis di lapangan, terutama dalam situasi demonstrasi yang rawan kekerasan. Selain itu, kejadian ini menjadi peringatan bagi semua pihak akan pentingnya edukasi bagi peserta aksi agar menghormati kebebasan pers dan tidak menjadikan wartawan sebagai sasaran kekerasan.